Jumat, 29 Juni 2012

Kematian John Lennon


Mark David Chapman adalah warga Hawaii, Amerika Serikat, yang sangat menggemari grup musik rock ‘n roll, The Beatles. Dia kemudian belajar main gitar dan bercita-cita untuk menjadi musisi. Namun, hidupnya berubah ketika dia menjadi penganut Kristen fundamentalis.
Dari penggemar The Beatles, Chapman berbalik menjadi pembencinya. Dia beranggapan The Beatles memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat dunia, terutama anak muda. Terkhusus John Lennon, Chapman menganggap pemikirannya sangat berbahaya bagi agama dan negara, seperti yang dituliskan Lennon dalam lagu Imagine.
Chapman kemudian mencetuskan niat gila: membunuh John Lennon. Lirik lagu Imagine dirubahnya, “Imagine John Lennon Dead,” rubah Chapman.
Langkah awal, Chapman terbang dari Hawaii menuju New York pada Sabtu, 6 Desember 1980. Dia kemudian menginap di tempat penginapan murah YMCA, sekira sembilan blok dari apartemen The Dakota, tempat Lennon tinggal bersama istrinya, Yoko Ono, dan anaknya, Sean Lennon.
Chapman memulai aksinya dengan sering modar-mandir di depan apartemen Lennon menggunakan taksi. Dia bahkan membual kepada Mark Snyder, supir taksi yang membawanya bahwa dia adalah seorang teknisi suara yang menangani album rekaman John Lennon.
Minggu, 7 Desember 1980, Chapman kembali mondar-mandir di depan apartemen Lennon. Dia bahkan berpindah tempat inap ke hotel Sheraton Centre yang jaraknya lebih dekat.
Senin sore, 8 Desember 1980, hari ketiga Chapman modar-mandir di depan apartemen Lennon. Kali ini, dia tidak sendiri, dia bersama seorang fotografer amatir, Paul Goresh, yang juga penggemar Lennon. “Saya sudah tiga hari keluyuran disini dan berharap dapat menjumpai Lennon dan meminta tandatangannya,” kata Chapman kepada Goresh.
Sekira pukul 17.00, Lennon dan Yoko keluar dari apartemennya untuk pergi rekaman di studio Record Plant. Chapman mendekati Lennon sambil menyodorkan album baru Lennon, Double Fantasy. Lennon menerimanya dan mencoretkan tandatangannya di atas sampul album itu. Goresh mengabadikan moment itu.
13233350992070860035
John Lennon & Mark David Chapman (foto: Paul Goresh)
Chapman sangat gembira. “John Lennon menandatangani album saya. Tak seorang pun di Hawaii yang akan percaya kepada saya,” kata Chapman.
Selepas Lennon dan Yoko pergi, Chapman dan Goresh masih berdiri di tempatnya. Lalu Goresh kemudian memutuskan untuk pulang. Chapman berusaha menahannya dan berkata, “John Lennon akan segera kembali, kau bisa meminta tanda tangannya.” Goresh menjawab bahwa dia akan minta tanda tangan Lennon di lain hari.
“Akan saya tunggu. Kau takkan tahu kapan kau bisa menjumpainya lagi,” kata Chapman.
Lennon dan Yoko melakukan rekaman untuk single baru berjudul Walkin on Thin Ice yang akan dirilis awal tahun baru 1981. SIngle itu dinyanyikan oleh Yoko; Lennon hanya mengiringinya dengan gitar. Keduanya juga melakukan wawancara dengan RKO radio hingga pukul 22.30.
Selepas rekaman dan wawancara, Lennon dan Yoko berencana untuk makan malam, namun tidak jadi karena Lennon ingin sekali melihat anaknya Sean sebelum tidur. “Jangan! Kita pulang saja, soalnya saya mau melihat Sean sebelum tidur,” kata Lennon. Keduanya kemudian pulang.
Mobil limousine sewaan mereka kembali ke apartemen pada pukul 22.50. Limousine menepi di pinggir jalan. Yoko keluar dari mobil diiringi Lennon. Saat keduanya berjalan dan mendekati pintu gerbang apartemen yang dijaga oleh seorang penjaga, Chapman yang telah lama menunggu memanggil Lennon dengan sopan, “Mr. Lennon!” Lennon berbalik dan Chapman pun melaksanakan niatnya.
Ketika Lennon berbalik ke arahnya, Chapman mengarahkan pistol dengan kedua tangannya ke arah Lennon dan menembaknya lima kali dari jarak dekat. Empat peluru bersarang di pundak Lennon, satu meleset. Lennon sempoyongan dan sempat berjalan enam langkah sambil berteriak, “Saya tertembak!” sebelum dia terjatuh. Tubuh Lennon tergeletak berlumur darah.
1323335383591222822
John Lennon, Sean Lennon, dan Yoko Ono
Yoko histeris dan menyandarkan kepala Lennon di tangannya. Chapman membuang senjatanya ke tanah yang kemudian ditendang jauh oleh penjaga pintu. “Apakah kau menyadari apa yang kau lakukan?” Tanya penjaga pintu kepada Chapman. “Saya baru saja menembak John Lennon,” jawab Chapman, tenang tapi kebingungan.
Lama kemudian, polisi datang atas panggilan penjaga pintu. Chapman menunggu dengan tenang sambil membaca novel klasik karangan J. D. Silinger, The Catcther in The Rye. Dua orang polisi menggeledah dan memborgol Chapman; dua polisi lainnya memeriksa tubuh Lennon. “Tubuhnya bermandikan darah, semuanya merah. Orang ini sedang sekarat, lekas angkat!” Seru seorang polisi.
Lennon yang setengah sadar lalu diangkat ke jok belakang mobil patroli polisi milik James Moran. “Tahukah siapa Anda?” Tanya Moran hendak menguji kesadaran Lennon. Lennon mengerang sambil menganggukkan kepalanya. Ketika Moran melarikan Lennon ke Roosevelt Hospital yang berjarak 15 blok dari lokasi kejadian, Palma membuntutinya bersama Yoko.
Meskipun Lennon tiba di rumah sakit tanpa detak jantung, tim dokter tetap berusaha menyelamatkan nyawanya menggunakan berbagai prosedur medis. Transfusi darah dan pemijatan jantung diusahakan untuk menyelamatkan jiwanya. Namun semua itu terlambat. Lennon diumumkan meninggal dunia.
Disaat John Lennon dinyatakan telah meninggal dunia di Roosevelt Hospital, Chapman langsung ditangkap oleh petugas dan dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi. Anehnya, saat disuruh menuliskan namanya, Chapman menuliskan John Lennon sebagai namanya. Dia bahkan mengaku membunuh Lennon karena mendapatkan wahyu.
Atas tindakannya, Chapman dihukumi 25 tahun penjara. Sementara Yoko harus berjuang hidup bersama Sean tanpa Lennon. Hingga kini, Yoko tidak pernah memaafkan tindakan Chapman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar